Nabire Berkomitmen Dukung Penurunan Emisi GRK melalui MONEV Pengelolaan KEE 2024
Nabire, 11 September 2024 – Kabupaten Nabire menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui monitoring dan evaluasi (MONEV) implementasi Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) pada tahun 2024. Pemerintah setempat, melalui Tim Pengelola KEE, secara aktif mendukung konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan rendah karbon.
Pada 10 September 2024, Tim Pengelola KEE melakukan kunjungan lapangan, dan dilanjutkan dengan Rapat Koordinasi di Aula Bappeda Nabire pada 11 September 2024. Tim ini dibentuk melalui SK Bupati Nabire No. 228 tahun 2022, menindaklanjuti SK Bupati No. 18 tahun 2022 tentang Penetapan Kawasan Ekosistem Esensial di daerah tersebut.
Asisten II Setda Nabire, Isaias Zonggonau, S.Pd., M.Si, menyatakan pentingnya rapat koordinasi untuk memperkuat komitmen dalam pengelolaan KEE. Hasil rapat ini akan menjadi panduan dalam menjaga kelestarian alam serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan rendah karbon yang tangguh terhadap perubahan iklim.
Kepala Bappeda Nabire sekaligus Ketua Tim Pengelola KEE, Dr.H.Mukayat, M.Si. M.Pd, M.Sc, menyampaikan bahwa Kabupaten Nabire telah menunjukkan komitmennya dalam mendukung penurunan emisi GRK melalui kegiatan lapangan dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Nabire menjadi kabupaten pertama di Papua yang memiliki KEE, dengan capaian yang mendukung agenda nasional terkait pengurangan emisi.
Selain itu, Koordinator Bidang Perencanaan, Litbang, Monev, dan Pelaporan KEE, Yasor Victor Sawo, S.P., M.Si., menyatakan bahwa pengelolaan KEE di dua kampung pilot, Kampung Sima dan Wanggar Pantai, berjalan baik. Meski terdapat beberapa kendala, keterlibatan berbagai pihak diharapkan mampu mengatasinya.
Andrea Aditya W. dari Yayasan PILI juga menambahkan bahwa pihaknya, bersama dengan Pemerintah Kabupaten Nabire dan didukung oleh Goodhope Asia Holdings Ltd., mendampingi masyarakat di dua lokasi percontohan. Fokus mereka adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat melalui pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Selain mendukung upaya pengurangan emisi, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, perencanaan, dan pelaksanaan perlindungan ekosistem hutan tropis dataran rendah yang sangat unik. Ekosistem ini menjadi habitat bagi spesies-spesies terancam punah, seperti kanguru pohon wondiwoi, echidna leher panjang, walabi, paniki leher kuning (kalong kacamata), rusa timor, itik gunung gajahan timur, kedidi besar, mambruk ubiaat, penyu hijau, dan elang papua. Sebanyak 41 spesies burung yang dilindungi serta 31 spesies yang masuk dalam Appendix II CITES juga hidup di ekosistem ini. Melalui upaya perlindungan yang komprehensif, diharapkan ekosistem ini dapat terlindungi dari ancaman kepunahan.
Rapat koordinasi ini ditutup dengan penandatanganan Berita Acara yang memuat rekomendasi untuk pengelolaan KEE di tahun mendatang.
Sebagai informasi, Yayasan Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI), juga dikenal dengan PILI Green Network, merupakan lembaga swadaya masyarakat yang program dan kegiatannya berorientasi pada penguatan peran para pihak secara inklusif dalam upaya konservasi alam dan lingkungan. Jaringan kelembagaannya berfokus pada kemitraan dalam membangun dan saling bertukar informasi tentang perlindungan keanekaragaman hayati dan tata kelola sumber daya alam berkelanjutan, serta isu ketahanan iklim.
Awalnya, PILI dibangun oleh sekelompok pegiat lingkungan yang aktif dalam kegiatan konservasi keanekaragaman hayati pada skala lokal. Seperti menyediakan layanan bagi organisasi lain berupa buku-buku dan publikasi, media promosi dan informasi, kampanye konservasi, serta dukungan untuk penguatan organisasi lokal yang bergerak di dunia konservasi keanekaragaman hayati —dan karenanya, dahulu publik lebih mengenai sebagai PILI-NGO Movement.
Seiring perkembangan strategi konservasi alam di level regional dan global, PILI-Green Network memperluas cakupan program dan kegiatan dengan mengembangkan kemitraan yang lebih kuat dengan beragam stakeholders. Saat ini, arah yang difasilitasi melalui gerak langkah PILI-Green Network menyasar pada perubahan pola konsumsi dan produksi global, yang lebih peka terhadap mitigasi risiko lingkungan dan sosial—termasuk dalam mengurangi dampak negatif perubahan iklim. Mitra kerja PILI mencakup aktor pelaku bisnis internasional dan nasional, pemerintah pusat dan daerah, lembaga penelitian, CSO/NGO, serta tidak kalah penting adalah komunitas tempatan dan masyarakat adat.
[Nabire.Net]
Post Views: 1,070